Langsung ke konten utama

Kapitalisme dan Lingkungan (Boven Digoel)

Ilustrasi Kapitalisme dan Lingkungan di Boven Digoel-Geckoproject

Dalam pengertian yang paling singkat, kapitalisme adalah suatu sistem sosial dan ekonomi di mana para pemilik kapital (atau kapitalis) mengambil surplus produk yang dihasilkan oleh produsen langsung (atau buruh), yang membuahkan akumulasi kapital. 

Kapitalisme sebagai sistem ekonomi mendominasi hampir semua sudut dunia. Bagi sebagian besar kita, kapitalisme begitu menjadi bagian dari kehidupan kita sampai-sampai ia tak lagi kasat mata, layaknya udara yang kita hirup. Kita tidak menyadarinya, Etos, pandangan, dan nilai-nilai internal kapitalismelah yang kita serap dan biasakan seiring kita tumbuh bersamanya. Tanpa disadari, kita belajar bahwa kerakusan, eksploitasi atas seumber daya alam berlebih bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup semata melainkan untuk mendapatkan akumulasi kapital. Sistem kapitalisme selalu mendambakan pertumbuhan ekonomi, seolah pertumbuhan ekonomi adalah dewa atau obat yang mujarab untuk mengobati kemiskinan dan memberantas pengangguran.

Nyatanya, sistem ini banyak menimbulkan kerusakan lingkungan, penderitaan, eksploitasi buruh, dan kesenjangan yang semakin tinggi antara si kaya dan  si miskin yg semakin jauh. Tuntutan akumulasi kapital harus dibarengi dengan tuntutan kebutuhan akan sumber bahan mentah untuk produksi yg semakin tinggi. Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan semata, melainkan untuk menciptakan laba. Dorongan untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan eksploitasi manusia dan lingkungan yang masif.

Seiring pertumbuhan jumlah manusia dan produksi industri yang semakin tinggi, kebutuhan akan energi  bahan bakar fosil (Minyak, Gas, Batubara) semakin meningkat. Bahan bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam tak terbarukan yang suatu saat akan habis. Sehingga dibutuhkan energi yg bersumber dari sumber daya yg dapat diperbarui untuk menunjang kebutuhan energi manusia yaitu Bahan bakar Nabati (Biofuel), yang bersumber dari tumbuhan dan hewani.

Menurut data U.S Energy Information Administration, konsumsi energy dunia saat ini sebesar 33% masih bergantung pada minyak bumi, 22 % dari gas alam, 27% dari batubara, dan 13 % dari energy lain. Dari jumlah tersebut, diketahui bahwa 82% kebutuhan energy manusia diperoleh dari energy fosil.

Saat ini, perusahaan-perusahaan multinasional menjelajahi dunia mencari sumber daya dan kesempatan, mengeksploitasi buruh, memanfaatkan longgarnya aturan lingkungan hidup, dan mengandalkan manfaat keringanan pajak di Negara miskin.Semua ini memperkuat, alih-alih mengurangi, kesenjangan kemakmuran antara negara kaya dan miskin. Hasilnya adalah eksploitasi global yang lebih rakus atas alam dan naiknya kesenjangan kekuasaan dan kemakmuran. Korporasi global tidak punya kesetiaan pada apapun selain kepada bottom line mereka, yakni keuntungan ekonomi. Salah satu dampak dari globalisasi kapital mutakhir dan kekhawatiran kelangkaan pangan di tingkat global adalah pencaplokan tanah (land grab) secara masif. Modal swasta dan dana pemerintah berusaha menguasai lahan luas untuk menghasilkan tanaman pangan dan persediaan biofuel bagi pasar.

   Boven Digoel-Geckoproject

Boven Digoel merupakan salah satu kabupaten terluas di provinsi Papua, yang memiliki luas wilayah 27.108 km persegi (sumber : Wikepedia), dengan mayoritas wilayahnya adalah hutan primer/hutan alam. Menjadi target investor perkebunan sawit untuk menanamkan modalnya. Di sana 14 perusahaan perkebunan sudah mendapatkan izin Pelepasan Kawasan Hutan dengan luas total 417.251 hektar, saat ini sebagian besar masih tertutup hutan. Sampai akhir Desember 2018 hanya sekitar 30,254 hektar dari jumlah total tersebut yang sudah dibuka dan ditanami kelapa sawit. Sisanya masih hutan alami.

     Hutan Boven Digoel-Geckoproject

   Deforestasi Boven Digoel-Geckoproject

Jika melihat laporan investigasi yang dilakukan The Gecko Project, bekerja sama dengan Mongabay, Tempo, dan Malaysiakini. Terlihat beberapa perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang mendapatkan izin konsesi dengan  tidak transparan, mulai perusahaan yang hanya didirikan 8 hari pada bulan Februari tahun 2007, alamat perusahaan yang palsu, bahkan dua orang pemilik saham pun ternyata palsu, dan tidak adanya presentasi dan penilaian AMDAL guna memperoleh izin lingkungan. Para pemilik saham yang sebenarnya atas perusahaan-perusahaan yang memperoleh izin konsesi di Boven Digoel pun tidak diketahui. Proyek di Boven Digoel pun diselimuti bayang-bayang kelam.  

Alih-alih meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten, masuknya perkebunan sawit di Boven Digoel nyatanya tak merubah masyarakat setempat menjadi lebih baik, justru deforestasi menghilangkan lahan yang menjadi tempat berburu untuk mendapatkan makanan dan minuman. Dalam prespektif masyarakat setempat (lokal) hutan adalah mamah yang memberikan mereka kehidupan. Dengan hilangnya hutan bukan hanya menghilangkan lahan untuk mendapatkan sumber makanan dan minuman namun banyak yang hilang. Seperti, kerukunan, persaudaraan diantara masyarakat sudah mulai hilang. Kehidupan yang dulu harmonis sekarang sudah sering terjadi pertikaian diantara keluarga sendiri dan diantara masyarakat. 

Dalam banyak kasus, korporasi hanya melihat tanah dan segenap kekayaannya dalam perspektif ekonomi-bisnis (nilai komoditi).Sementara itu, tanah bagi sejumlah masyarakat adat nusantara, memandang tanah dalam perspektif kultural sebagai ibu yang memberi makan kepada mereka, ibu tanah ini harus dirawat dan dipelihara,bukannya dijual untuk dialih fungsikan.

Perbedaan perspektif antara perusahaan dengan masyarakat adat sering kali menimbulkan konflik. Dalam berbagai kasus konflik lahan di Indonesia sering sekali masyarakat pemilik hak Ulayat dalam posisi yang lemah. Korporasi dengan modal yang besar sering bermain dengan pejabat yang memiliki kewenangan di daerah maupun di pusat. Tak jarang pejabat berharap banyak kepada parah investor untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan daerah. Para pejabat berharap dengan masuknya investor kedaerah mereka maka akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan, memberi beasiswa dan bantuan sarana-prasarana pendidikan, kesehatan, dan membantu membangun infrastruktur di daerah. 

Nyatanya diberbagai daerah para Investor hanya manis di depan saja. Perusahaan-perusahaan tetap mengutamakan keuntungan kapital yang sebesar-besarnya, karena keuntungan kapital adalah tujuan utama setiap perusahaan. Apa yang diberikan perusahaan kepada daerah dan masyarakat pemilik hak Ulayat tak sebanding dengan keuntungan yang mereka dapat dari eksploitasi alam.

Masyarakat setempat yang sebelumnya hanya hidup mengandalkan alam harus dipaksa untuk merubah cara mereka bertahan hidup yaitu dengan menjadi buruh perkebunan, tak jarang masyarakat mengalami "shock culture" dan mengalami degradasi budaya dan nilai-nilai hidup.

Ancaman hilangnya flora dan fauna endemik dan ancaman negatif lainnya akibat eksploitasi alam harus masyarakat terima dengan dalih untuk kesejahteraan dan mengejar pertumbuhan ekonomi. Kekayaan sumber daya alam sebagi anugerah Tuhan yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan bijak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik hak ulayat sering kali berubah menjadi kutukan sumber daya alam. 


Masih ada harapan untuk menyelamatkan hutan dan masyarakat Boven Digoel dari ancaman kapitalis yang ingin menguasai hutan untuk perkebunan sawit. Pemerintah provinsi Papua harus bersinergi dengan pemerintah kabupaten Boven Digoel dan masyarakat adat  setempat juga pemerintah pusat untuk menyamakan pandangan betapa pentingnya hutan untuk keberlangsungan hidup  dan mencari solusi akan permasalahan yang terjadi. Perusahaan-perusahaan kapitalis dengan segala macam kekuataannya tetap akan mengincar kekayaan alam di Papua, khususnya kabupaten Boven Digoel. Sehingga butuh tekad dan ketegasan serta transparansi dalam pengelolaan dan perlindungan kekayaan alam di Papua. 









Refrensi
Fred Magdoff dan Jhon B Foster. 2011. Lingkungan Hidup dan kapitalisme. Terjemaahan oleh Pius Ginting. Tangerang Selatan : CV.Marjin Kiri 
https://geckoproject.id/kesepakatan-rahasia-hancurkan-surga-papua-b347e51639fb
https://www.mongabay.co.id/2018/08/25/pilih-mana-energi-fosil-atau-energi-terbarukan/ 
https://jubi.co.id/bagaimana-boven-digoel-menjadi-sasaran-perkebunan-sawit-terluas-di-dunia/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. ANEKA TAMBANG ANTARA PELUANG DAN ANCAMAN BAGI PEGUNUNGAN BINTANG, PAPUA

Tambang Ok Tedi Mining Limited (OTML) PAPUA Provinsi Papua terkenal sebagai pulau yang memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah, mulai dari kekayaan sumberdaya alam yang berada di atas permukaan (hutan dan segala isinya, tanah yang subur, pemandangan yang indah), maupun potensi kekayaan alam yang berada di bawah permukaan seperti bahan galian mineral, Batubara, Minyak dan Gas bumi. Tidak berlebihan jika selama ini Papua dijuluki surga kecil yang jatuh ke bumi. Kekayaan sumbedaya alam khususnya sektor pertambangan mineral di Papua mulai di eksploitasi tiga bulan setelah pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang  Penanaman Modal Asing. Tepatnya pada tanggal 5 April 1967 dilakukan penandatangan kontrak Karya (KK) antara Freeport Sulphur Company (FCS) dan pemerintah Indonesia. GEOGRAFIS KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG Salah satu kabupaten di Papua yang memiliki potensi cebakan mineral yang prospek untuk di lakukan eksplorasi adalah kabupate...

Sejarah Emas (Gold)

  Emas nuggget berukuran besar yang ditemukan di Australia/  thegoldseekers.com Sejak dahulu kala, emas adalah salah satu logam yang paling banyak digunakan dalam peradaban manusia. Sifatnya yang kuat, tahan korosi, mudah dibentuk, dan berwarna menarik membuatnya sangat popular untuk dimanfaatkan. Emas diperkirakan terbentuk dalam nukleosintesis supernova sehingga telah ada sejak pemebtukan tata surya (Seeger,Fowler, & Clayton, 1964). Namun emas yang terbentuk dalam nukleosintesis supernova ini tenggelam ke dalam inti bumi dalam masa pembentukan bumi. Oleh karena itu, sebagian besar emas yang berada di kerak dan matel Bumi diperkirakan berasal dari asteroid-asteroid yang menabrak Bumi selama masa Pemborbardiran Berat Akhir (Late Heavy Bombardment/Lunar Cataclysm) sekitar 4 miliar tahun yang lalu (Willbold, Elliott, & Moorbath, 2011). Di era modern ini, emas masih menjadi salah satu komoditas ekonomi yang memiliki nilai tinggi. selain menjadi perhiasan, emas merupakan...